Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Apakah IS Khowarij?

Sebelum membahas apakah Khilafah yang berdiri 1 ramadhan 1435 H kemarin termasuk khawarij atau tidak, alangkah baiknya dibahas terlebih dahulu “apa itu khawarij?”. Khawarij adalah kelompok yang muncul pada waktu Perang Shiffin ketika Ali dan Muawiyah menyetujui penunjukan dua orang hakim penengah guna menyelesaikan pertikaian diantara keduanya. Sebenarnya sampai saat itu mereka adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib RA namun kemudian secara tiba-tiba mereka berbalik ketika berlangsungnya tahkim, dan berkata kepada kedua kelompok tersebut,”Kalian semuanya telah menjadi kafir dengan memperhakimkan manusia sebagai ganti memperhakimkan Allah diantara kalian.”

Khawarij menganggap peristiwa tahkim tersebut sebagai bentuk kekafiran Ali bin Abi Thalib RA dan Muawiyyah RA. Padahal keduanya berdamai berdasarkan perintah Allah untuk mendamaikan apabila ada konflik sesama muslim. Allah SWT berfirman:

"Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Annisa: 35)

Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar. Dinamai demikian karena kelompok ini adalah orang-orang yang keluar dari barisan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA sebagai protes terhadap Ali RA yang menyetujui perdamaian dengan mengadakan arbitrase dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.

Khawarij pula yang telah membunuh Ali bin Abi Thalib RA, orang yang dulunya didorong-dorong oleh mereka agar menjadi Khalifah. Sudah banyak usaha Ali RA untuk mengembalikan mereka pada barisan Khilafah, dan usaha itu cukup berhasil dimana banyak sekali anggota khawarij yang sadar dan bertaubat. Hal itu diterima Ali bin Abi Thalib RA dengan lapang dada. Namun pemberontakan mereka yang masih tetap khuruj dari Khilafah tetap terjadi sehingga mengakibatkan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA terbunuh.

Khawarij adalah kaum yang terlihat seperti orang shalih, mereka berpuasa, shalat, dan ibadah lainnya yang bisa melebihi rata-rata kaum muslimin. Bibit-bibit mereka telah muncul sejak Rasulullah SAW masih hidup.  Perhatikan hadits berikut:

“Tatkala Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pembagian, tiba-tiba datang Abdullah Ibnu Dzil Khuwaishirah At Tamimiy, terus ia berkata: “Wahai Rasulullah berlaku adillah,” maka beliau berkata: “Kasihan kamu, dan siapa yang berlaku adil bila saya tidak adil?” Umar Ibnul Khaththab berkata: “Biarkan saya penggal lehernya”, Beliau berkata: “Biarkan dia, karena dia itu memiliki teman-teman yang mana seorang dari kalian menganggap remeh shalatnya dibandingkan shalat dia dan (menganggap remeh) shaumnya dibandingkan shaum dia, mereka itu keluar dari dien ini sebagaimana panah keluar dari busurnya…” hingga sabdanya: “Tanda mereka seorang laki-laki yang salah satu tangannya seperti puting payudara wanita, mereka keluar saat terjadi perpecahan di antara manusia.” (HR. Bukhari)

Kebaikan mereka dalam membaca Al-Qur’an, Puasa dan Shalat, membuat mereka merasa dirinya adalah hamba yang sempurna. Mereka bahkan mengkafirkan muslim yang melakukan dosa besar seperti zina, minum khamr, dll. Mereka berikap ghuluw  atau berlebih-lebihan dalam menjalankan islam.

Jika dulu khawarij adalah sekelompok orang yang menentang Khalifah, maka kini sebagian orang memaksakan julukan buruk itu kepada Khilafah yang telah berdiri di Irak dan Syam. Sungguh aneh, mereka yang yang menjuluki Khilafah dengan khawarij, di saat yang sama sebagian penuduh justru berloyalitas kepada penguasa-penguasa yang bathil. Mereka menyamakan Daulah Islam dan Khawarij dengan perkataan: “Daulah Islam mengkafirkan penguasa muslim dan kaum muslimin yang tidak berbaiat kepadanya, karena pemikiran takfir ini, maka Daulah Islam adalah sama seperti khawarij”.

Mari kita bahas satu persatu, apakah benar Khalifah mengkafirkan penguasa muslim? Jawabannya adalah penguasa muslim atau penguasa yang mengaku-ngaku muslim?! Penguasa muslim artinya adalah penguasa yang menjadi islam sebagai dien (jalan hidup), jika memang benar penguasa muslim seperti ini tentu tidak akan dikafirkan oleh Daulah Islam. Namun jika faktanya “Penguasa Muslim” itu tidak menerapkan syariat islam kecuali hanya sepotong-sepotong, bekerjasama dengan negara lafir penjajah dalam membunuhi kaum muslimin, tidak mengadobsi sistem yang diajarkan oleh rasulullah SAW dan khulafaurrasyidin, apakah pantas kita memberi mereka julukan sebagai Penguasa Muslim?!
Khawarij mengkafirkan Ali bin Abi Thalib RA sebab berdamai dengan Muawiyyah RA yang saat itu memberontak. Sedangkan Daulah Islam mengkafirkan penguasa yang memang tidak menerapkan syariah dan bekerjasama dengan negara kafir penjajah dalam membunuhi kaum muslimin. Apakah kita tidak bisa membedakan hal ini? Apakah kita menyamakan kekuasaan Ali bin Abi Thalib RA yang menerapkan syariat islam dengan sistem khilafah, dengan penguasa-penguasa saat ini yang sebagian menerapkan demokrasi dan sebagian menerapkan moanrki? Tidak demi Allah.

Telah dijelaskan dalam bahasan sebelumnya bahwa Daulah Islam tidak mengkafirkan orang hanya karena dosa besar. Mereka yang melakukan dosa besar akan dihukum dengan hukum syariah di mahkamah syariah yang jumlahnya banyak di tiap wilayah Khilafah, dan tidak diperlakukan sebagaimana orang murtad. Khalifah juga tetap menganggap kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang enggan berbaiat sebagai saudara sesama muslim, memang benar Khalifah mewajibkan agar setiap kaum muslimin berbaiat, karena memang ini adalah kewajiban. Namun itu tidak berarti bahwa Khalifah mengkafirkan mereka yang enggan berbaiat, tidak ada bukti dalam tuduhan ini. Bahkan Daulah Islam pernah hendak menukar tahanan dengan Syeikh Almaqdisi, padahal Syeikh Almaqdisi justru kerap mengkritik Daulah Islam.

Perhatikan bagaimana penjelasan Dewan Syariah Daulah Islam, Syeikh Abu Ubaidah Almaghribi, yang menolak mengkafirkan mujahidin-mujahidin lainnya, bahkan beliau menolak mengkafirkan FSA secara umum: “Tidak seorang pun boleh memvonis kafir dan sejenisnya kepada harakah Ahrar Syam atau harakah lainnya, atau jamaah yang bisa dipastikan bahwa faktor yang mendorongnya untuk memerangi adalah kezaliman yang terjadi di dua pihak. Jauhilah sikap meremehkan darah yang terlindungi, dan tindakan sejenis, seperti generalisasi hukum terhadap FSA. Tidak dibolehkan mengkafirkan mereka secara umum hanya karena mereka berafiliasi kepada FSA. Sebagai contoh, Kolonel Riyadh Al-As’ad dari FSA, kita semua tahu sikapnya yang adil. Banyak orang yang berafiliasi ke FSA lebih baik daripada beberapa orang yang berafiliasi kepada faksi-faksi Islam.”

Jikapun terjadi peperangan antara FSA dan Daulah Islam, itu terjadi karena FSA yang menyerang Daulah Islam dan bekerjasama dengan barat. Hal itu semakin terang saat ini dimana mereka tidak lagi malu-malu menunjukkan keberpihakannya terhadap Amerika Serikat dalam memerangi Daulah Islam. Bahkan FSA pun bergabung dengan militan PKK (komunis kurdi) untuk memerangi Daulah Islam di wilayah Kobane.

Sesungguhnya orang mengkafirkan hanya karena dosa besar maka orang ini adalah Khawarij, sedangkan orang yang mengatakan bahwa “perbuatan tidak mempengaruhi keimanan” maka ini adalah Murjiah, sedangkan sikap ahlussunnah dipertengahan antara keduanya, yaitu: ”Seorang bisa menjadi kafir apabila melakukan tindakan kekafiran dan ucapan kekafiran”. Maka orang yang menyembah berhala adalah kafir, walaupun hal itu tidak dimaksudkan oleh penyembahnya sebagai kegiatan syirik. Begitu juga orang yang mengatakan “aku kafir” maka dia akan dihukumi sebagaimana orang kafir, meskipun ucapan itu hanya untuk bercanda. Sebab selama ia masih sadar , memiliki akal dan tidak dalam keadaan terpaksa, hisab berjalan diatasnya.

Murjiah adalah kebalikan Khawarij, mereka menganggap bahwa keimanan hanya ada didalam hati saja. Sedangkan perbuatan dan ucapan, tidak mempengaruhi keimanan. Mereka tidak megkafirkan seorang yang sujud dihadapan berhala, jika dalam hatinya masih ada keimanan.

Sufyan Ats-Tsauri RH berkata : “Adapun Murji’ah merekamengatakan iman hanyalah ucapan tanpa amal per­ buatan, barangsiapa yang bersyahadat Laa ilaha illa Allohu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu maka dia telah sempuma keimanannya. Imannya seperti imannya Jibril dan para malaikat meskipun dia membunuh (orang yang haram darahnya-pent) dia tetap dikatakan sebagai mukmin, dan meskipun dia meninggalkan mandi janabat serta tidak sholat. Mereka juga menghalalkan darah kaum muslimin. “ [Syarhu Ushul I’tiqod Ahli as-Sunnah wal Jama’ah (III/1071) karya al-Lalika`i.]

Selain itu, perhatikanlah hadits dari Rasulullah SAW ini tentang ciri-ciri khawarij:
“Mereka membunuhi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala” (HR. Bukhari 3344)

Apakah hal itu ada pada Daulah Islam? Tidak demi Allah. Daulah Islam justru lemah lembut kepada sesama mukmin, tapi tegas kepada orang kafir. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya rakyat Daulah Islam yang lebih senang hidup dibawah naungan Daulah Islam, daripada saat hidup dibawah naungan rezim syiah.

Ibarat memukul air, air itu terciprat kepada dirinya sendiri. Begitulah kepada para penuduh Daulah Islam ini. Mengapa mereka begitu keras kepada mujahidin, tapi berlemah lembut kepada rezim thaghut? Mengapa mereka menganggap presiden dan raja adalah Ulil Amri, tapi tidak menganggap Khalifah sebagai Ulil Almri? Mengapa kepada rezim yang justru bergandengan tangan dengan negara kafir penjajah, justru mereka dukung, sementara kepada saudaranya yang melindungi darah kaum muslimin dari agresor AS dan syiah justru mereka tikam melalui lisan dan tulisan.

Lihatlah kepada mereka yang menamakan dirinya “salafy”, mereka begitu memuja Raja Arab Saudi, menyebutnya dengan Ulil Amri, Khadimul Haramain, dan negaranya disebut sebagai negara tauhid. Mereka tetap memuja, meskipun raja itu telah memberikan pangkalan militernya untuk Amerika Serikat dalam membantai umat islam di Irak. Mereka tetap memuja, meski raja itu telah mengirimkan pesawat-pesawatnya untuk menggempur Daulah Islam, sehingga banyak warga yang mati, bahkan anak-anak dan wanita. Apakah seperti ini negara tauhd? Padahal Allah SWT melarang menjadikan orang kafir sebagai sekutu.

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu)." (QS. Ali Imran: 28)

"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolonganyang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS. Almujadilah: 22)

Sayyid Qutb dalam Tafsir fi zhilalil Qur’an, mengatakan: “Oleh sebab itu apakah artinya orang yang beriman bersahabat dengan musuh-musuh Allah subhana wa ta’ala?? Di dalam hati tidak mungkin terkumpul keimanan kepada Allah subhana wa ta’ala dan persahabatan setia dengan musuh Allah SWT yang enggan bertahkim kepada kitabullah apabila mereka diserukan berbuat demikian. Oleh sebab itulah Al-Qur’an memberi peringatan yang sekeras ini, dimana dia dengan tegas menjelaskan keluarnya sesorang Muslim dari keislamannya apabila ia bersahabat setia dengan orang-orang kafir yang tidak ridha bertahkimkan kitabullah di dalam urusan kehidupan mereka, yaitu persahabatan setia ini dengan hubungan kasih mesra di dalam hati atau dengan menolong mereka atau dengan meminta pertolongan dari mereka”

Sedangkan dalam tafsir Ibnu Katsir (2/30) : “(Dengan ayat ini) Allah melarang hamba-hambanya yang beriman untuk berwala’ (memberikan loyalitas) kepada orang-orang kafir dan mengambil mereka sebagai wali.”
Penulis justru percaya bahwa sifat khawarij lebih muncul pada thaghut-thaghut arab dan para penyokongnya. Mereka adalah kaum yang ibadahnya bagus, bahkan terus melakukan kajian ibadah, namun mereka meninggalkan jihad dan politiknya mengekor pada negara kafir penjajah. Namun dalam paham keimanan, mereka justru lebih mirip dengan murjiah, dimana mereka menolak mengkafirkan penguasa yang jelas-jelas menerapkan hukum selain hukum Allah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Bukankah di youtube ada video ISIS membunuh muslim sipil !!! Bukankah ISIS juga memerangi mujahidin selain mereka. Bukankah Juru damai yang dikirim ahrar syam yg harusnya dilindungi tetapi justru di bunuh oleh ISIS. Dan masih banyak lagi pembunuhan yang dilakukan isis terhadap orang muslim. Klo online via PC bolehlah saya kasih linknya.
Apakah ISIS dimatamu selalu berlaku benar dan tak pernah ada salah???

Unknown mengatakan...

anda jangan asal ngomong .. coba buktikan ucapan anda itu ...

Unknown mengatakan...

anda jangan asal ngomong .. coba buktikan ucapan anda itu ...

Posting Komentar